top of page

KabarMedia-Zainul Muttaqien. 2012. Menjalani karir di dunia kesehatan, memakai baju dan celana putih polos, merupakan impian dan harapan para generasi muda diseluruh polosok nusantara, tidak terkecuali Lombok, khususnya Lombok Timur. Animo masyarakat untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah kesehatan mulai nampak beberapa tahun terakhir ini. Bisa dikatakan dimulai sekitar tahun 2006-an. Persentase anak-anak remaja lulusan SMA/SMK/MA memilih sekolah kesehatan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini bisa dilihat dengan penuhnya antrean masuk disemua jurusan kesehatan, baik di Lombok maupun luar pulau Lombok. Di luar pulau Lombok seperti Jogja merupakan sentral tujuan belajar ilmu kesehatan bagi remaja-remaja lulusan SMA di Lombok Timur. Jurusan kesehatan yang diambilpun cukup bervariasi mulai dari Ilmu Keperawatan, Kebidanan, Farmasi, Radiologi hingga Kedokteran. 

Tingginya animo remaja Lombok Timur memilih jurusan ilmu kesehatan dengan nominal uang masuk yang cukup fantastik tidak lepas dari Trend setter dan Mindset masyarakat Lotim sendiri. Hal tersebut didasarkan pada realita di lapangan yaitu orangtua yang anaknya masuk sekolah kesehatan sangat bangga dikarenakan sekolah kesehatan memiliki masa depan yang cerah dan menjanjikan. Sehingga berapapun nominal masuk sekolah kesehatan tidak dipikirkan lagi yang penting harapan sang anak masuk terealisasi. Padahal tidak semua orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah kesehatan memiliki uang yang berlimpah. Akan tetapi atas nama prestige dan iming-iming masa depan yang cerah lah yang membuat para orang tua melakukan berbagai macam cara agar sang anak bisa mengenyam pendidikan kesehatan tersebut.
 

Akan tetapi ada satu hal penting yang tidak disadari oleh para orang tua ketika memberikan saran kepada anak mereka untuk mengambil jurusan saat kuliah yaitu persaingan saat lulus dari perkuliahan. Rivalitas output (Persaingan Lulusan), ya ini adalah ujung dari konsekuensi jurusan yang diambil. Persaingan jurusan dalam dunia kerja akan menjadi batu sandungan buat mereka yang rame mengambil jurusan kesehatan. Belajar dari beberapa lulusan terdahulu banyak diantara lulusan sekolah ilmu kesehatan yang bingung mau bekerja dimana. Mungkin sebagian diantara mereka bernasib baik, namun tidak sedikit juga yang harus menganggur dan bahkan ada yang rela bekerja meski digaji pas-pasan dengan satu harapan tidak malu terlalu lama menganggur.
 

Sementara itu pemerintah daerah Lombok Timur sendiri belum ada kesiapan yang maksimal serta minimnya sarana yang memadai untuk menampung lulusan ilmu kesehatan, seperti minimnya Rumah Sakit (RS), Puskesmas, Posyandu dan lain sebagainya.
Oleh karena itu berfikir dan berdialog dengan sang anak sebelum mengambil jurusan study di perguruan tinggi sangatlah penting, agar tidak terjebak pada rivalitas kerja yang berifat masif [Redaksi Kabar Media].

SEKOLAH KESEHATAN; ANTARA TREND SETTER DAN RIVALITAS LULUSAN

Adapun kampus yang paling pavorit buat anak Lombok Timur yang memang mengambil study Keperawatan dan Kebidanan adalah Stikes Aisyiyah, disusul Universitas Respatih, Surya Global, UMY, UII, Poltekes, dan Wirahusada. Sedangkan yang mengambil jurusan Farmasi dan Kedokteran lebih banyak memilih Universitas Ahmad Dahlan, UGM dan UII, UMY. Sedangkan tujuan kampus di luar Jogja adalah STIKES Ngudiwaluyo Semarang, Unnes Semarang, Malang, Bali, Bandung dan Jakarta.

bottom of page