top of page

MENGGAGAS PERPUSTAKAAN DESA [Di Desa Kabar, Kecamatan Sakra]

Oleh: Muhammad Nurjihadi

Dulu ketika KKN/Kuliah Kerja Nyata (hanya 40 hari) di desa Pulau Kaung, Kecamatan Boer, Kabupaten Sumbawa... salah satu program kami adalah mengadakan “Perpustakaan Desa” yang kami beri nama Rumah Baca Masyarakat.  Senang sekali rasanya ketika tadi pagi saya ditelpon oleh Sekdes meng- infokan bahwa sekarang perpustakaan yang kami rintis itu menjadi salah satu aset publik yang dicintai  masyarakat,  ucapan terimakasih tak henti keluar dari mulut beliau lewat telpon. Saya menjadi bangga karenanya, karena saya tahu ucapan terimakasih itu tulus adanya.

Tapi saya kemudian menjadi galau, karena ternyata saya bisa melakukan itu di desa orang hanya dengan 40 hari tinggal disana. tapi didesa sendiri, sama sekali tidak mampu melakukannya (mungkin karena jarang ada disana). Saya berharap semoga ada orang yang punya inisiatif untuk memulai dan membuat program bermanfaat semacam itu.. Karena kalau mengharapkan pemerintah desa, rasanya sudah tidak mungkin lagi.

Dulu, untuk merealisasikan ide perpustakaan desa di tempat kerja saya caranya sangat simple. Ketika itu saya adalah aktivis di BEM Unram, ketika saya KKN, BEM Unram mengkoordinir pelaksanaan Ospek. Nah, saya memperngaruhi lembaga untuk meminta mahasiswa baru menyumbangkan satu buah buku untuk bakti sosial.  Bisa dibayangkan jika ada 4.000 mahasiswa yang membawa masing-masing satu buku. Maka buku-buku hasil kumpulan mahasiswa baru itulah yang saya drop ke lokasi KKN. Disamping  itu, saat itu saya juga memanfaatkan posisi saya di BEM Unram untuk berkomunikasi dengan Wagub, alhamdulillah beliau mendukung dan memberikan bantuan buku juga. Belakangan, Ibu Wagub kemudian merekomendasikan agar saya mengajukan proposal ke perpustakaan daerah. meski belum terealisasi hingga sekarang (karena tidak pernah diurus lagi), tapi yang ingin saya sampaikan adalah, ada banyak pendukung untuk program yang bermanfaat seperti itu. Bahkan saat itu, Ibu Wagub menawar-
kan saya untuk berkomunikasi dengan "Ikatan Isteri Kabinet Indonesia Bersatu II" untuk mendapatkan bantuan mobil perpustakaankeliling. Tapi usul itu terlalu berat bagi Saya (karena itu berarti saya harus KKN tambahan diluar KKN yang sudah saya  jalankan), maka usul itu tidak dijalankan.

 

Bukan apa-apa saya ceritakan ini, saya hanya ingin mengatakan, bahwa ada banyak jalan menuju Roma asalkan kita punya i'tikad baik untuk memulai suatu kebaikan. [Redaksi Kabar Media]

Membangun Karakter Remaja

Oleh: Heri Mulyono

“Pertempuran terbesar bukanlah di dunia nyata, melainkan dalam hati dan fikiran manusia saat pertentangan antara yang baik dan yang buruk berlangsung, ( Rasulullah SAW ) “Didiklah anakmu untuk masa yang bukan masamu". ( Ali bin Abi Tholib )”

Caracter building (Pembangunan Karakter), saat ini menjadi trending topic dalam rangka perbaikan generasi, dalam skala global maupun skala lokal. Istilah karakter dalam bahasa Indonesia diidentikkan dengan kata “watak”, yang artinya adalah sifat bathin yang mempengaruhi manusia baik yang berkaitan dengan fikiran dan tingkah laku yang ditunjukkan. Watak (karakter, Red), terbentuk tidaklah secara instant, tapi melalui serangkaian proses yang sangat panjang dan berkaitan dengan  berbagai lingkungan kehidupan manusia. Dalam ilmu Psikologi, karakter itu tidak dilihat berdasarkan baik dan buruknya, tapi lebih kepada dampak yang ditimbulkan oleh karakter tersebut. Karakter sebuah masyarakat akan terbentuk berdasarkan karakter individu-individu masyarakat.

"…Siapkan anakmu untuk masa yang bukan masamu..”, ungkapan tersebut bermakna pada mempersiapkan masa depan anak, orang tua harus faham bahwa masa ini tidaklah sama dengan masa nanti yang menjadi masa dari anak-anaknya. Seorang tokoh lagi mengatakan bahwa pendidikan adalah salah satu keajaiban terbesar dan paling dahsyat, karena dengan pendidikan seseorang  akan menjadi berubah. Perubahan tentunya menuju perubahan yang jauh lebih baik, dan kemudian ketika mengenyam pendidikan seorang berubah dan menjadi lebih buruk maka itu adalah kegagalan.

Mengamati perilaku remaja pada saat ini, merupakan tugas yang tidaklah mudah, sebab semua itu memerlukan diagnose yang  tepat, karena dengan demikian kita tidaklah terjerumus pada bentuk justifikasi negatif terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh remaja tersebut. Apa yang terjadi semuanya tentu merupakan hasil yang tidak terlepas dari proses panjang yang mereka alami, dan banyak komponen yang menjadi penanggungjawab terhadap hal tersebut. Apa yang terjadi saat ini menunjukkan adanya kegagalan dalam proses transfer nilai-nilai yang tentunya berakar pada orang tua. Ada beberapa hal yang menjadi sangat penting untuk kita temukan solusinya pada saat ini yang berkaitan dengan remaja, antara lain:

1. Masalah Kejujuran; Bukannya berprasangka, tapi tingkat kejujuran remaja saat ini (khususnya di Desa Kabar) sangatlah rendah, dalam berbagai aspek. Ini merupakan implikasi dari gagalnya pendidikan kejujuran, Pendidikan kejujuran itu dimulai dari rumah, ketika  anak bersikap bohong, seharusnya orang tua menanyakan dahulu kenapa anak berbohong dan kemudian tidak memarahinya, tapi memberikan nasihat. Sebaliknya, orang tua harusnya bersikap konsisten dengan tetap bersikap jujur, orang tua harus memberikan contoh yang baik dalam hal kejujuran. Janganlah orang tua menyuruh anaknya berlaku jujur kemudian dia tidak memperlihatkan kejujuran malah seenaknya berlaku tidak jujur.

2. Masalah Kedisiplinan; Tidak dipungkiri kedisiplinan merupakan permasalahan serius remaja saat ini, sendainya kedisiplinan ini  tertanam dengan baik, maka tidak akan ada kita dengar penyimpangan-penyimpangan seperti yang kita ketahui saat ini. Yang lazim  kita lihat adalah kedisiplinan itu diidentikkan dengan pemberian hukuman, sebenarnya disiplin itu berbentuk pada anak melakukan sesuatu yang memang harus dia lakukan. Disiplin itu bersifat positif dan negative, dan disiplin positif itulah yang membawa keberhasilan. Ketika kemudian saat ini kita menemukan banyak remaja yang tidak disiplin, maka masalah awalnya adalah di rumah mereka masing- masing, penegakan disiplin yang salah menjadikan anak yang betul-betul menyimpang dari tujuan disiplin itu. Contoh sikap disiplin itu antara lain, anak harus tahu apa yang menjadi haknya seperti mendapatkan kebutuhan pokok, pendidikan, tempat tinggal, kasih sayang dan lain-lain. Kemudian, anak juga harus ditanamkan apa yang menjadi kewajibannya terkait dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Orang tua harus membuat koridor yang harus dilalui dan ketika anak menyimpang dari koridor tersebut maka
orang tua segera meluruskannya, bukan dengan hukuman langsung tentunya.

Hal terpenting yang ingin kami sampaikan di sini bukanlah pada mempersalahkan siapa, tapi bagaimana untuk memperbaiki semuanya dan kemudian menyiapkan generasi selanjutnya yang lebih baik. Bagaimana caranya, pembentukan karakter sejak dini adalah kuncinya. Pembentukan karakter lebih kepada perubahan peri laku, dan berbicara perilaku itu sangat erat dengan pola fikir dan emosi manusia. Belumlah terlambat untuk memperbaiki kondisi, segala kemungkinan masih terbuka, generasi emas pasti akan muncul dari  Desa kita tercinta ini.  Kuncinya hanya satu, perbaiki karakter sejak akarnya, dan ketika kita berbicara akar dari karakter maka yang dimaksud di situ adalah spiritualitas, ya, dasar dari segalanya adalah spiritualitas, atau kesadaran beragama. [Redaksi Kabar Media]

bottom of page